Dursasana Kurawa yang kedua setelah Duryudana, selain itu Dursasana adalah adik kesayangan Duryudana. Dursasana memiliki tempat tinggal bernama Kasatriyan Banjarjumput.
Dursasana menikah dengan Dewi Saltani, putri Adipati Banjarjungut. Dari perkawinan ini ia berputra seorang lelaki bernama Dursala. Dursasana berbadan besar, gagah dan bermulut lebar, mempunyai watak dan sifat; takabur, gemar bertindak sewenang-wenang, besar kepala, senang meremehkan dan menghina orang lain.
Dursasana mempunyai pusaka sebuah keris yang luar biasa besarnya bernama Kyai Barla. Ketika terjadi permainan dadu antara Kurawa dan Pandawa dan Pandawa kalah dan harus menanggalkan seluruh pakaiannya, selain Pandawa Drupadi yang juga ada disana harus menerima kekalahan.
Drupadi tidak mau melepas pakaiannya, dia beralasan dia tidak terikat dengan permainan dadu antara Kurawa dan Pandawa, melihat itu Dursasana maju dan mencoba memaksa membuka pakaian Drupadi. Berkat bantuan Sri Kresna pakaian Drupadi tidak bisa dilepas,
Karena kejadian itu Drupadi bersumpah tidak akan mengikat dan mengkremasi rambutnya sebelum rambutnya dikeramasi oleh darah Dursasana.
Pada hari ketigabelas perang Barathayuda, hampir semua Kurawa dan keturunan nya gugur dalam medan perang, tak terkecuali Lesmana putra dari Duryudana yang juga sebagai putra mahkota pihak Kurawa, melihat itu Duryudana mengangkat Dursasana sebagai pengganti putra mahkota.
Duryudana juga melarang Dursasana melanjutkan perang dan memintanya untuk kembali ke kerajaan Astina, alasan yang diberikan adalah untuk menjaga Dewi Banowati istri dari Duryudana.
Sesampainya di Astina Dursasana diolok-olok oleh Dewi Banowati sebagai kesatria yang pengecut dan takut mati, mendengar itu Dursasana membalas dan menuduh Banowati selingkuh dengan Arjuna, dan menjadi mata-mata pihak Pandawa.
Karena terus-menerus dihina sebagai pengecut, Dursasana pun kembali ke medan perang dan bertempur melawan Bima. Dalam perkelahian itu ia kalah dan melarikan diri bersembunyi di dalam sungai Cingcing Gumuling. Bima hendak turut mencebur namun dicegah Kresna (penasihat Pandawa) karena sungai itu telah diberi mantra oleh Resi Drona. Jika Pandawa mencebur ke dalamnya pasti akan bernasib sial.
Dursasana kembali ke daratan dan mengejek nama Pandu. Bima marah dan mengejarnya lagi. Namun Dursasana kembali mencebur ke dalam sungai. Hal ini berlangsung selama berkali-kali. Sampai akhirnya muncul arwah dua orang tukang perahu bernama Tarka dan Sarka yang dulu dibunuh Dursasana sebagai tumbal kemenangan Kurawa.
Ketika Dursasana kembali ke daratan untuk mengejek nama Pandu sekali lagi, Tarka dan Sarka mulai beraksi. Ketika Dursasana hendak mencebur karena dikejar Bima, mereka pun menjegal kakinya sehingga ia itu gagal mencapai sungai. Bima segera menjambak rambut Dursasana dan menyeretnya menjauhi sungai Cingcing Gumuling.
Melihat adiknya tersiksa, Duryudana segera memohon agar Bima mengampuni Dursasana, bahkan ia menjanjikan bahwa perang dapat berakhir pada hari itu juga, dengan Pandawa sebagai pemenangnya. Ia juga merelakan Kerajaan Hastina dan Indraprastha asalkan Dursasana dibebaskan.
Penawaran dari Duryodana membuat Bima bimbang. Semar sebagai penasihat para Pandawa mendesaknya supaya tidak mengampuni Dursasana. Menurutnya, Pandawa pasti menang tanpa harus membebaskan Dursasana.
Kresna yang mengingatkan kembali kekejaman para Korawa, berhasil membuat emosi Bima bangkit kembali. Bima pun menendang Duryudana hingga terpental jauh, kemudian memutus kedua lengan Dursasana secara paksa. Dalam keadaan buntung, tubuh Dursasana dirobek-robek dan diminum darahnya sampai habis oleh Bima. Belum puas juga, Bima menghancurkan mayat Dursasana dalam potongan-potongan kecil. Pada saat itulah Dewi Drupadi muncul diantarkan Yudistira untuk menagih janji darah Dursasana. Bima pun memeras kumis dan janggutnya yang masih basah oleh darah musuhnya itu dan diusapkannya ke rambut Dropadi.
Dursasana mati di medan perang Bharatayuda oleh Bima/Werkudara dalam keadaan sangat menyedihkan. Dadanya dibelah dengan kuku Pancanaka. Darah yang menyembur ditampung Bima untuk memenuhi sumpah Dewi Drupadi, yang akan dibuat kramas dan mencuci rambutnya.
Anggota tubuh dan kepala Dursasana hancur berkeping-keping, dihantam gada Rujakpala.
Komentar
Posting Komentar