Dewi Ramuan Wara Sinta atau Dewi Sita dalam Ramayana menjadi lakon utama selain Rahwana dan Sri Rama, dikisahkan Rahwana menculik Dewi Sita yang istri Sri Rama, dan Sri Rama menyerang Alengka untuk membebaskan Dewi Sita.
Suatu ketika Kerajaan Wideha dilanda kelaparan. Janaka sebagai raja melakukan upacara atau yadnya di suatu area ladang antara lain dengan cara membajak tanahnya. Ternyata mata bajak Janaka membentur sebuah peti yang berisi bayi perempuan.
Bayi itu dipungutnya menjadi anak angkat dan dianggap sebagai titipan Pertiwi, dewi bumi dan kesuburan. Bayi itu sendiri diberi nama Sita.
Dewi Sita dibesarkan di istana Mithila, ibu kota Wideha oleh Janaka dan Sunayana, permaisurinya. Setelah usianya menginjak dewasa, Raja Janaka pun mengadakan sebuah sayembara untuk menemukan pasangan yang tepat bagi putrinya itu.
Sayembara tersebut adalah membentangkan busur pusaka maha berat anugerah Batara Siwa, dan dimenangkan oleh Sri Rama, seorang pangeran dari Kerajaan Kosala. Setelah menikah, Sita pun tinggal bersama suaminya di Ayodhya, ibu kota Kosala.
Ketika Sri Rama akan dinobatkan sebagai Raja oleh sang ayah, Dewi Kekayi memprotes penobatan itu. Raja Dasarasta mempunyai janji sebelum menikahi Dewi Kekayi, dimana janjinya adalah anak yang dilahirkan oleh Dewi Kekayi yang akan dijadikan penerusnya. Sehingga seharusnya Baratha yang menjadi Raja penerus Dasarasta.
Mendengar itu Raja Dasarasta merasa bersalah, jatuh sakit dan meninggal, setelah itu Baratha dinobatkan menjadi Raja. Bartha sendiri tidak menghendaki menjadi Raja dan menginginkan Sri Rama sang kakak yang tetap menjadi Raja.
Karena desakan ibunya Dewi Kekayi, Baratha-pun terpaksa menuruti keinginan ibunya itu. Selain itu Dewi Kekayi merasa keberadaan Rama dan Sinta di Ayodya akan mengganggu pemerintahan Baratha.
Dewi Kekayi-pun mengusir Rama dan Sinta selama 14 tahun tak boleh kembali ke Ayodya. Sri Rama dan Dewi Sinta harus menjalani hidup sebagai orang buangan di Hutan Dandaka.
Komentar
Posting Komentar