Bisma adalah salah satu tokoh terkuat dalam lakon Mahabarata. Dia adalah salah satu tokoh wayang yang tidak menikah atau istilahnya hidup sebagai Brahmacarin. Bisma juga berumur panjang, dimana dia hidup pada lima generasi Raja Astinapura.
Bisma adalah anak pertama dari Raja Santanu dan Dewi Jahnawi, sebagai anak pertama Raja Santanu, sejatinya Bisma adalah penerus yang sah kerajaan Astinapura.
Saat Raja Sentanu meminang Dewi Jahnawi, Dewi meminta satu syarat yaitu Sentanu harus memanjakannya, artinya tidak boleh bertanya siapa sebenarnya ia itu, bahkan tidak boleh menghalang-halangi apapun yang diperbuatnya, walau buruk sekalipun. Sekali-kali Sentanu tidak boleh murka dengan alasan apapun kepadanya.
Tetapi untuk waktu yang cukup lama perkawinan itu tidak mendatangkan rasa bahagia, bahkan Sentanu selalu diliputi rasa cemas dan dosa atas perbuatan permaisurinya yang setiap kali melahirkan bayi segera dilemparkan ke dalam sungai Gangga.
Sentanu tidak berani sepatahpun menegornya, karena sebelumnya memang sudah bersumpah tidak akan menegor tingkah laku yang akan diperbuat permaisurinya baik maupun buruk.
Namun pada kelahiran bayi yang kedelapan meledaklah kemarahan Sentanu yang tak tertahan lagi melihat Dewi Jahnawi hendak melempar bayinya kesungai lagi. Melihat Sentanu melanggar sumpahnya Dewi Jahnawi memberikan bayinya pada Sentanu dan pasa saat itu juga lenyap dari pandangan mata.
Bayi tersebut diberi nama Dewabrata dan pada saat itu pula dinobatkan menjadi Pangeran Adipati pewaris kerajaan Astina.
Suatu hari Ketika Sentanu sedang santai di tepi sungai Jamuna bertemulah ia dengan seorang gadis yang cantik cemerlang tak ubahnya bidadari dari Kahyangan, Durgandini namanya. Ia putri dari negeri Wirata, dahulu bernama Lara Amis yang dikarenakan badannya berbau amis. Setelah penyakit Lara Amis dapat disembuhkan oleh Palasara, berganti nama Satyawati.
Oleh Prabu Sentanu dipinanglah dewi itu untuk menjadi permaisurinya dan pengasuh putranya. Tetapi Dewi Setiawati bersedia menerima pinangannya hanya dengan syarat putra laki-laki yang dia lahirkan harus dinobatkan menjadi Raja pengganti Raja Sentanu.
Kendatipun sang Prabu tergila-gila oleh asmaranya yang meluap-luap, namun Sentanu bungkam seribu bahasa. Ia ingat putra tunggalnya sang Dewabrata. Ketika sampai di istana, Dewabrata melihat ayahnya yang murung, sedih karena tak berhasil mempersunting Satyawati.
Di hadapan ayah Satyawati, Dewabrata bersumpah untuk tidak mewarisi takhta Hatsinapura, dan menyerahkan hak tersebut kepada keturunan Satyawati. Meskipun demikian, ayah Satyawati masih meragukan pengorbanannya, sebab pertikaian untuk memperebutkan takhta mungkin saja terjadi antara keturunan Bisma dengan keturunan Satyawati.
Demi meyakinkan bahwa hal itu tidak akan terjadi, maka Dewabrata juga bersumpah untuk tidak menikah seumur hidup agar tidak memiliki keturunan demi menghindari perebutkan takhta kerajaan.
Akhirnya, Satywati pun diserahkan untuk menjadi istri Santanu. Karena pengorbanannya, Dewabrata diberi nama Bisma oleh ayahnya, dan dianugerahi agar mampu bersahabat dengan Sang Dewa Waktu sehingga ia bisa menentukan waktu kematiannya sendiri.
Suatu hari Bisma berhasil memenangkan sayembara tiga orang putri yakni Dewi Amba, Ambika, dan Ambalika. Ambika dan Ambalika dinikahkan dengan Citranggada dan Wicitrawirya.
Sedangkan Amba yang hendak dinikahkan dengan Kresna Dwipayana justru mencintai Resi Bisma. Karena telah menjalani hidup sebagai Brahmacarin, Bisma menolak cinta Amba. Dewi Amba terus memaksa agar Resi Bisma memenerima cintanya.
Resi Bisma menakut-nakuti Amba dengan senjata saktinya. Di luar dugaan Resi Bisma, pusaka itu justru menancap ke dada Amba. Sebelum Amba menghembuskan napas terakhirnya, Resi Bisma mengatakan cinta pada Amba. Tetapi dia tidak bisa menerima cinta Dewi Amba karena sudah terikat dengan janji hidup sebagai Brahmacarin.
Dikisahkan bahwa roh Amba kelak menitis pada Srikandi yang akan membunuh Resi Bisma dalam perang Baratayuda. Dalam perang Baratayuda, Resi Bisma tampil sebagai panglima perang Korawa. Dalam perang itu, Resi Bisma takluk di tangan Srikandi yang dijelmai oleh sukma Amba.
Ketika Resi Bisma terkena anak panah yang dilepaskan Srikandi, ia meminta tempat pembaringan kepada Korawa dan Pandawa. Korawa memberi tempat pembaringan berupa ranjang mewah, namun ditolak oleh Resi Bisma.
Melihat hal tersebut Pandawa memberikan tempat pembaringan berupa tumpukan panah dan patahan-patahan senjata, dan diterima oleh Resi Bisma. Sesudah merasa nyaman, Resi Bisma menghembuskan napas terakhir.
Komentar
Posting Komentar