Semar Badranaya adalah tokoh punakawan utama dalam pewayangan, Semar dikisahkan sebagai pengasuh dan penasihat para ksatria, baik dalam cerita Mahabharata maupun Ramayana, atau cerita pewayangan lainnya.
Nama lain Semar diantaranya Ki Lurah Badranaya, ki lurah Nayantaka. Semar adalah reinkarnasi dari Batara Ismaya, Kaka dari Batara guru yang menguasai khayangan.
Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal usul Semar.
Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar.
Dalam pewayangan Sunda, anak-anak Semar adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Cepot, Dawala dan Gareng tercipta untuk menemani Semar.
Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.
Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, tetapi keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata.
Jika dalam perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat pihak Pandawa hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.
Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan.
Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.
Semar sebagai penjelmaan Batara Ismaya memiliki kesaktian mandraguna yang tidak tertandingi oleh para dewa, dedemit, raksasa apalagi manusia mana pun di alam semesta dunia pewayangan. Tetapi dia sangat jarang bahkan hampir tidak pernah menggunakan kekuatannya.
Komentar
Posting Komentar