Baratayuda
Baratayudha adalah perang besar antara Kurawa dan Pandawa, bisa dibilang Baratayudha menjadi titik klimaks persaingan antara Pandawa dan Kurawa untuk memperebutkan kerajaan Kuru.
Perang Baratayudha dimenangkan oleh pihak Pandawa, walau begitu hampir semua prajurit gugur dalam perang dan prajurit yang masih hidup diakhir perang bergabung dengan pandawa, dipihak korawa tersisa Hanya 3 Senopati yang bertahan hidup: Aswatama, Krepa, dan Kertawarma. Sedangkan dipihak Pandawa 7 Senopati yaitu lima pandawa, yuyutsu dan Setyaki.
Jalannya Pertempuran:
Babak 1: Jabelan (Kresna Duta)
Setelah menjalani pengasingan selama 13 tahun, pihak Pandawa meminta Sri Krishna untuk menjadi duta Pandawa dan pergi ke Astina untuk meminta hak Pandawa terhadap Amarta.
Kedatangan Sri Krishna ke Astina secara damai untuk meminta hak Pandawa atas Amarta ditolak oleh Kurawa, Sejak awal, Kurawa memang tidak ingin mengembalikan Amarta kepada Pandawa. Prabu Duryudana pun menolak permintaan Sri Kresna.
Sri Krishna pergi ke wiratha tempat para Pandawa dan mengabarkan hasil pertemuan dengan pihak korawa dan petinggi Astina yang menemui jalan buntu dan memilih perang untuk menyelesaikan perselisihan. Setelah itu pihak Pandawa maupun Kurawa menyiapkan persiapan untuk berperang.
Dikisahkan hari pertama Baratayudha adalah milik Kurawa, dimana jumlah tentara Kurawa dua kali lebih banyak dari pihak Pandawa, selain itu tentu saja Bisma paman dari korawa dan panadawa juga Drona guru mereka berada dipihak Kurawa.
Babak 2: Tawuran (Bisma Gugur)
Bisma berhasil membunuh prabu seta (Panglima pihak Pandawa), tetapi berganti hari giliran Bisma kalah. Pertempuran masih dikuasai oleh pihak Kurawa.
Babak 3: Ranjapan/Renyuhan (Abimanyu Gugur)
Abimanyu adalah pangeran mahkota dari pihak Pandawa, demi menjaga trah Pandawa Abimanyu dan istrinya diungsikan dan tidak ikut berperang, tetapi melihat semua sanak saudara ikut berperang membuat Abimanyu tergerak hatinya untuk berperang, tetapi dia terikat janji bahwa dia tidak akan maju ke medan perang.
Pada akhirnya dia mencari cara agar bisa ikut berperang tetapi juga tidak mengingkari janji. Sebagai anak Arjuna Abimanyu juga ksatrsia yang tangguh bahkan hampir setara.
Tetapi pada akhirnya Abimanyu gugur dikeroyok oleh pihak Kurawa.
Babak 4: Timpalan (Jayadrata/Burisrawa Lena)
Setelah Abimanyu gugur dikeroyok, Pandawa marah khususnya Arjuna yang kehilangan anak kesayangannya, maka dihari selanjutnya Arjuna bersumpah akan mengakhiri hidup jika tidak bisa membunuh Jayadrata pada hari itu juga.
Jaydrata sendiri dianggap sebagai penyebab utama Abimanyu gugur, mendengar sumpah Arjuna pihak Kurawa menyembunyikan Jayadrata dan menjaga dengan ketat agar tidak terbunuh oleh Arjuna.
Pada akhirnya melihat hari yang semakin sore, sedangkan Jayadrata sendiri tidak terlihat. Dengan siasatnya Kresna mengeluarkan senjata cakranya dan menutupi matahari, sehingga seakan-akan hari sudah malam.
Melihat itu tentu saja peperangan berhenti, dan mereka berkumpul untuk melihat Arjuna mengakhiri hidup sesuai sumpahnya. Tentu saja Jayadrata sendiri keluar dari persembunyiannya dan berada paling depan.
Melihat Jayadrata muncul, Sri Kresna menghilangkan kembali cakranya sehingga matahari kembali menyinari arena pertempuran. Dan Arjuna berhasil membunuh Jayadrata dengan panahnya
Babak 5: Paluhan (Bogadenta Gugur)
Babak 6: Suluhan (Gatotkaca Gugur)
Babak 7: Jambakan (Durna/Dursasana Gugur)
Babak 8: Tandhingan (Karna Gugur)
Babak 9: Rubuhan (Salya/Duryudana Gugur)
Setelah Raja Karna gugur pihak Kurawa memilih Raja Salya sebagai panglima perang, ada perselisihan antara Duryudana dan Aswatama tentang pengangkatan raja Salya sebagai panglima.
Menurut aswatama salah satu penyebab gugurnya raja Karna adalah karena raja Salya. Karena perselisihannya Aswatama memilih mundur dari perang Baratayudha yang sedang berlangsung.
Raja Salya sendiri gugur ditangan Yudistira, Sengkuni juga gugur ditangan Bima begitu juga Duryudana gugur ditangan Bima. Dengan gugurnya Duryudana maka berakhirlah perang Baratayudha dengan kemenangan ditangan Pandawa.
Babak 10: Landakan (Aswatama Nglandak/Parikesit Lahir)
Gugurnya Duryudana menandakan berakhirnya Baratayudha, Aswatama, Kartamarma dan Krepa adalah tiga ksatria dipihak korawa yang selamat, mereka keluar dari pertempuran setelah berselisih dengan Duryudana yang mengangkat Raja Salya sebagai panglima.
Mereka pergi ke padepokan Soka Lima milik drona, setelah mengetahui peperangan telah usai dan pihak Pandawa sebagai pemenangnya, mereka bertiga membuat siasat untuk membalas dendam.
Aswatama, Kartamarma dan Krepa lalu masuk istana Astina pada malam hari secara diam-diam memalui terowongan yang sudah dibuat oleh Aswatama. Dengan ajian yang dimilki Aswatama semua orang yang ada di istana tertidur, dengan begitu mereka bisa dengan mudah membunuh siapa saja yang ditemuinya.
Tentu saja target utama mereka adalah para Pandawa dan Parikesit sebagai putra mahkota, Aswatama masuk sendiri kedalam istana, sementara Kartamarma dan Krepa berjaga diluar istana.
Aswatama berhasil membunuh Drestadyumna (pembunuh ayahnya), Pancawala (putera Puntadewa/Yudistira), Banowati (Janda Duryodana) dan Srikandi.
Ketika menemukan Parikesit Aswatama hendak membunuhnya tetapi sang Bayi menjerit dan kakinya menendang-nendang. Panah pusaka Pasopati, yang diletakkan Arjuna di pembaringannya tertendang, mental mengenai dada Aswatama dan tewas seketika, Kartamarma dan Krepa bersembunyi di taman tetapi kepergok dan ditangkap Bima lalu dibanting ke tanah, tewas seketika.
Komentar
Posting Komentar