Dalam dunia wayang Sengkuni terkenal dengan kelicikannya, bisa dibilang dia adalah karakter yang menghalalkan segala cara untuk menang. Sengkuni menjadi ikon kejahatan dan kelicikan khususnya dalam dunia politik.
Kelicikan dan kejahatannya bisa dibilang dikarenakan dia dendam pada Raja Pandu yang berimbas pada Pandawa sebagai anak dan keturunan Raja Pandu. Bisa dibilang Sengkuni adalah sosok yang menggambarkan manusia yang hancur oleh rasa dendam dalam dirinya.
Kata orang bijak, sifat Sengkuni ada dalam diri setiap manusia. Sifat iri, dengki, dendam selalu mengganggu dan berusaha menguasai diri kita, dan tentu saja kita harus belajar menguasainya supaya kita tidak dikuasai oleh sifat Sengkuni itu sendiri.
Sengkuni sendiri dikisahkan memiliki nama asli Harya Suman. Pada mulanya raja kerajaan Plasajenar bernama Suwala. Setelah meninggal, ia digantikan oleh putra sulungnya yang bernama Gandara. Pada suatu hari Gandara ditemani kedua adiknya, yaitu Gandari dan Suman, berangkat menuju kerajaan Mandura untuk mengikuti sayembara memperebutkan Dewi kunti, putri negeri tersebut.
Dalam perjalanan, rombongan Gandara berpapasan dengan Pandu yang sedang dalam perjalanan pulang menuju kerajaan Hastina setelah memenangkan sayembara Kunti. Pertempuran pun terjadi. Gandara akhirnya tewas di tangan Pandu. Pandu kemudian membawa serta Gandari dan Suman menuju Hastina.
Sesampainya di Hastina, Gandari diminta oleh kakak Pandu yang bernama Drestarasta untuk dijadikan istri. Gandari sangat marah karena ia sebenarnya ingin menjadi istri Pandu. Suman pun berjanji akan selalu membantu kakaknya itu melampiaskan sakit hatinya. Ia bertekad akan menciptakan permusuhan di antara para Kuraea, anak-anak Drestarastra, melawan para Pandawa, anak-anak Pandu.
Pada suatu hari Suman berhasil mengadu domba Pandu dengan muridnya yang berwujud raja raksasa bernama Prabu Tremboko. Maka, ketegangan terjadi antara Kerajaan Hastina dan Kerajaan Pringgadani. Pandu pun mengirim Gandamana sebagai duta perdamaian.
Di tengah jalan, Suman menjebak Gandamana sehingga jatuh ke dalam perangkapnya. Suman kemudian kembali ke Hastina untuk melapor kepada Pandu bahwa Gandamana telah berkhianat dan memihak musuh. Pandu segera memutuskan untuk mengangkat Suman sebagai patih baru.
Gandamana yang ternyata masih hidup muncul dan menyeret Suman. Suman pun dihajar habis-habisan sehingga wujudnya yang tampan berubah menjadi jelek. Sejak saat itu, Suman pun terkenal dengan sebutan Sengkuni, berasal dari kata saka dan uni, yang bermakna "dari ucapan". Artinya, ia menderita cacad buruk rupa adalah karena hasil ucapannya sendiri.
Kekuatan Sengkuni
Bisa dibilang Sengkuni tidak memiliki ilmu Kanuragan yang hebat seperti tokoh sentral pewayangan lainnya. Kedudukan yang tinggi sebagai Patih, dia dapatkan dengan imlu muslihat dan kecurangan.
Walau begitu seluruh tubuhnya dilumuri oleh minyak tala yang membuat tubuhnya kebal terhadap semua senjata. Minyak tala sendiri adalah minyak sakti yang diwariskan untuk Pandawa, tentu saja dengan kelicikan Sengkuni bisa mendapatkannya. setelah Raja Pandu meninggal dunia, pusaka Minyak Tala dititipkan kepada Destarasta supaya kelak diserahkan kepada para Pandawa jika kelak mereka dewasa.
Ketika ingin diberikan pada para Pandawa ternyata pihak Kurawa juga menginginkannya, terjadi perebutan antara para Pandawa melawan para Kurawa. Dretarastra memutuskan untuk melemparkan minyak tersebut beserta wadahnya yang berupa cupu sejauh-jauhnya. Siapa yang mendapatkannya dialah yang berhak atas minyak tala.
Pandawa dan Korawa segera berpencar untuk bersiap menangkapnya. Ketika semua sudah siap disinilah kelicikan Sengkuni bermain, ketika Destarasta hendak melemparkan cupu, Sengkuni terlebih dahulu menyenggol tangan Dretarastra. Akibatnya, sebagian minyak tala tumpah. Sengkuni segera membuka semua pakaiannya dan bergulingan di lantai untuk membasahi seluruh kulitnya dengan minyak tersebut.
Sengkuni Siraja Judi
Selain terkenal dengan kelicikannya, Sengkuni juga adalah seorang yang ahli judi. Dalam bermain dadu dia bukan hanya bisa melihat dau yang tertutup, atau menghalangi penglihatan lawannya, dia juga bisa mengarahkan dadu sesuai dengan keinginannya. Dengan kelicikan dan keahlian berjudinya Sengkuni bisa mengambil semua harta Pandawa, bahkan mempermalukannya.
Sengkuni Gugur
Sengkuni Gugur pada hari terakhir Baratayuda, Sangkuni bertempur melawan Bima. Kulitnya yang kebal karena pengaruh minyak tala bahkan sempat membuat Bima sulit mengalahkan Sengkuni. semar muncul memberi tahu Bima bahwa kelemahan Sangkuni berada di bagian dubur, karena bagian tersebut dulunya pasti tidak terkena pengaruh minyak tala.
Bima pun maju kembali. Sangkuni ditangkap dan disobek duburnya menggunakan Kuku Pancanaka yang tumbuh di ujung jari Bima. Ilmu kebal Sengkuni pun musnah. Dengan beringas, Bima menyobek dan menguliti Sangkuni tanpa ampun. Meskipun demikian, Sangkuni hanya sekarat tetapi tidak mati.
Pada sore hari itu, Bima berhasil mengalahkan Duryodhana, pemimpin seratus Korawa. Dalam keadaan sekarat, Duryodana menyatakan bahwa dirinya bersedia mati jika ditemani pasangan hidupnya, yaitu istrinya yang bernama Dewi Banowati.
Atas nasihat Kresna, Bima pun mengambil Sangkuni yang masih sekarat untuk diserahkan kepada Duryodana. Duryodana yang sudah kehilangan penglihatannya akibat luka parah segera menggigit leher Sangkuni yang dikiranya Banowati. Akibat gigitan itu, Sengkuni pun tewas seketika, begitu pula dengan Duryodana.
Kesimpulan
Cerita tentang Sengkuni masih banyak dan panjang, apalagi cerita keseluruhan dari Mahabarata. Kalau masih penasaran dan ingin mengetahuinya, saya sarankan anda menonton langsung pertunjukan wayang dengan begitu kita juga terus melestarikan kebudayaan lokal.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil, lewat wayang dalang tidak hanya sekedar menghibur, dalam ceritanya juga ada nilai-nilai kebaikan yang bisa kita implementasikan dalam kehidupan.
Komentar
Posting Komentar